Kamis, 24 Mei 2012

ASKEP COMBUSTIO (LUKA BAKAR)


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

      Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
B.Tujuan
Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kejadian, faktor resiko dan pendekatan standar serta membahas bagaimana menghindari penyakit GOUT dan menangani situasi ini jika terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
B.Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
C.Fase Luka Bakar
a. Fase akut.    
    Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan   circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
1. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area adalah :
1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Klien luka bakar mungkin dapat terjadi Diagnosa Resiko dari satu atau lebih Diagnosa keperawatan berikut :
1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan rumah, keluarga atau yang lain.
2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan situasi krisis.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan kehilangan pengendalian.
4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa depan yang tidak diketahui.
5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang terlalu banyak.
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan kehilangan fungsi pada ekstrimitas dan bagian tubuh lain.
7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar perineum, genetalia, payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan gangguan dalam gambaran diri (body image).
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan lingkungan yang gaduh.
9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan dalam penampilan fisik.
10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi obat.
11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % – 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.




















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.PENGKAJIAN
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien luka bakar diantaranya adalah :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi tracheobronchiale, trauma inhalasi.
Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan
Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik, katabolisme protein.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan tahanan.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena luka bakar.
Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer, kerusakan jaringan.
Aktual/Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penguapan cairan tubuh yang berlebihan.
Gangguan konsep diri : Body image berhubungan dengan kejadian traumatic, kecacatan.
C.INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1.      Meningkatkan pertukaran gas dan bersihan jalan nafas.
Pemeriksaan untuk mengkaji pertukaran gas yang adekuat dan bersihan jalan nafas merupakan aktivitas keperawatan yang esensial. Frekuensi, kualitas dan dalamnya respirasi harus dicatat. Tindakan perawatan pulmoner yang agresif, termasuk tindakan membalikan tubuh pasien, mendorong pasien untuk batuk serta bernafas dalam, memulai inspirasi kuat yang periodic dengan spirometri, dan mengeluarkan timbunan secret melalui pengisapan trachea jika diperlukan, semuanya ini merupakan tindakan yang penting terutama pada pasien luka bakar dengan cedera inhalasi.
Pengaturan posisi tubuh pasien untuk mengurangi kerja pernafasan serta meningkatkan ekspansi dada yang maksimal, dan pemberian oksigen yang dilembabkan atau pelaksanaan ventilasi mekanis, dapat menurunkan lebih lanjut stress metabolic dan memastikan oksigenasi jaringan yang adekuat.
2.      Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan.
Nyeri terasa lebih hebat pada luka bakar derajat dua ketimbang pada luka bakar derajat tiga, karena ujung-ujung sarafnya tidak rusak. Ujung-ujung saraf yang terpajan sangat sensitive terhadap aliran udara yang dingin sehingga diperlukan kassa penutup steril yang bisa membantu mengurangi rasa nyeri tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas pengobatan nyeri, preparat analgetik harus sudah diberikan sebelum nyeri terasa sangat hebat.
Intervensi keperawatan seperti mengajarkan teknik-teknik relaksasi kepada pasien, memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol sendiri proses perawatan lukanya serta pemakaian analgetiknya, dan terus menerus menentramkan kekhawatiran pasien, merupakan tindakan yang sangat membantu.
Pendekatan lainnya untuk mengurangi nyeri adalah pengalihan perhatian melalui program video atau video games, hypnosis, biofeedback, dan modifikasi perilaku juga berguna bagi penanganan nyeri.

3.      Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
Perawat harus kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet tinggi kalori tinggi protein yang dapat diterima oleh pasien. Suplemen nutrisi seperti ensure atau resource dapat ditawarkan pula. Asupan kalori pasien harus dicatat Suplemen vitamin dan mineral boleh diberikan.
Lingkungan pasien sedapat mungkin harus dibuat menyenangkan pada jamjam makan. Memesan makanan yang disukai pasien dan menawarkan kudapan yang kaya akan protein serta vitamin merupakan cara-cara untuk mendorong pasien agar mau meningkatkan secara bertahap asupan makanannya.

4.      Meningkatkan Mobilitas Fisik.
Prioritas dini adalah mencegah komplikasi akibat imobilitas. Bernafas dalam, membalikan tubuh, dan mengatur posisi yang benar merupakan praktik keperawatan yang esensial untuk mencegah atelektasis serta pneumonia, untuk mengendalikan edema, dan untuk mencegah decubitus serta kontraktur.
Latihan gerak yang aktif maupun pasif dapat dimulai sejak awal masuk rumah sakit dan kemudian dilanjutkan dengan pembatasan yang ditentukan oleh dokter setelah dilakukan pencangkokan kulit. Bidai atau alat-alat fungsional lainnya dapat digunakan pada ekstremitas untuk mengendalikan kontraktur.

5.      Memperbaiki Integritas Kulit dengan Perawatan Luka
waktu dalam perawatan luka bakar.Fungsi keperawatan mencakup pengkajian serta pencatatan setiap perubahan atau kemajuan dalam proses kesembuhan luka dan menjaga agar semua anggota tim perawatan terus mendapatkan informasi tentang berbagai perubahan pada luka atau penanganan pasien.

6.      Mencegah Infeksi.
Perawat bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman serta bersih dan meneliti luka bakar dengan cermat guna mendeteksi tanda-tanda dini infeksi, hasil pemeriksaan kultur dan pemeriksaan leukosit harus dipantau.
Teknik aseptic harus diterapkan dalam prosedur perawatan luka bakar serta prosedur invasive lainnya. Seperti pemasangan infuse dan kateter urin. Membasuh tangan dengan teliti sebelum dan sesudah menyentuh setiap pasien juga merupakan komponen yang esensial dalam pencegahan infeksi.
Perawat harus melindungi pasien terhadap sumber-sumber kontaminasi yang mencakup pasien lain, anggota staf keperawatan, pengunjung dan peralatan. Para pengunjung harus menjalani skrining agar pasien luka bakar yang fungsi kekebalannya terganggu tidak terkena mikroorganisme yang pathogen. Memandikan bagian-bagian tubuh yang tidak terbakar dan mengganti linen yang dilakukan secara teratur dapat membantu mencegah infeksi.

7.      Memulihkan keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Perawat harus memeriksa Tanda-tanda Vital dan keluaran urin dengan sering disamping menilai tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis, serta curah jantung pada pasien luka bakar yang berat. Volume cairan yang diinfuskan harus sebanding dengan volume haluaran urin. Kadar elektrolit serum juga harus dipantau.

8.      Memperkuat Strategi koping.
Dalam fase akut perawatan luka bakar, pasien sedanga berhadapan dengan realitas trauma luka bakar dan berduka karena mengalami kehilangan yang nyata. Depresi, regresi dan perilaku manipulatip merupakan mekanisme koping yang lazim digunakan oleh pasien-pasien luka bakar. Perawat dapat membantu pasien untuk mengembangkan strategi koping yang efektif dengan menetapkan harapan yang spesifik terhadap perilaku, meningkatkan komunikasi yang jujur untuk membangun hubungan saling percaya, membantu pasien dalam mempraktikan berbagai strategi yang tepat, dan memberikan dorongan yang positif bila diperlukan.
D.EVALUASI
Memelihara pertukaran gas dan bersihan jalan nafas
Memperlihatkan frekuensi respirasi antara 12 dan 20 x/mnt
Memperdengarkan suara paru yang bersih pada auskultasi
Memperlihatkan tingkat saturasi oksigen arterial yang melebihi 96% (dengan oksimetri denyut nadi)
Memiliki secret respirasi yang minimal, tidak berwarna dan encer. Mengalami nyeri yang minimal
Mengalami nyeri yang minimal
Memerlukan preparat analgetik hanya untuk aktifitas fisiotherapi atau perawatan luka yang spesifik
Melaporkan nyeri yang minimal
Tidak memperlihatkan tanda-tanda fisiologik atau nonverbal yang menunjukkan terdapatnya nyeri yang sedang atau berat
Menggunakan tindakan untuk mengendalikan nyeri seperti tehnik relaksasi, imajinasi, dan distraksi untuk mengatasi serta menghilangkan gangguan rasa nyaman
Dapat tidur tanpa terganggu oleh rasa nyeri
Melaporkan bahwa kulit terasa nyaman tanpa rasa gatal atau kencang.
Memperlihatkan status nutrisi yang anabolic
Mengalami kenaikan berat badan setiap hari sesudah sebelumnya menunjukan penurunan awal yang terjadi sekunder karena dieresis cairan dan tidak adanya asupan makanan atau cairan peroral
Tidak menunjukan tanda-tanda defisiensi protein, vitamin atau mineral
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan lewat asupan peroral
Turut berpartisipasi dalam memilih makanan yang mengandung nutrient
Memperlihatkan kadar protein serum yang normal
Mempertlihatkan mobilitas fisik yang optimal
Memperbaiki kisaran gerak pada sendi setiap hari
Mempertlihatkan kisaran gerak pra-luka bakar pada semua sendi
Tidak mengalami tanda-tanda kalsifikasi disekitar sendi
Turut berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
Memperlihatkan perbaikan integritas kulit
Mempertahankan kulit yang secara umum tampak utuh dan bebas dari infeksi, decubitus, serta cedera
Memperlihatkan daerah-daerah luka terbuka yang berwarna merah muda, mengalami reepitelialisasi dan bebas dari infeksi
Memperlihatkan lokasi donor (tempat cangkokan kulit diambil) yang bersih dan sedang berada dalam proses kesembuhan
Sudah memperlihatkan luka yang sembuh, teraba lunak dan halus
Memperlihatkan kulit yang licin dan elastic 
Tidak mengalami infeksi local maupun sistemik
Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur dengan jumlah bakteri yang minimal
Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur sputum dan urin yang normal
Mencapai keseimbangan cairan yang optimal
Mempertahankan asupan serta keluaran cairan dan berat badan yang mempunyai korelasi dengan pola yang diharapkan
Memperlihatkan tanda-tanda vital, CVP, tekanan arteri pulmonalis yang tetap berada dalam batas-batas yang direncanakan
Memperlihatkan peningkatan haluaran urin sebagai reaksi terhadap pemberian diuretic dan preparat vasoaktif
Memiliki frekuensi denyut jantung yang kurang dari 110 x/mnt dengan irama sinus yang normal
Menggunakan strategi koping untuk menghadapi masalah pasca luka bakar
Dengan kata-kata mengutarakan reaksi terhadap luka bakar, prosedur terapeutik, kehilangan
Turut bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam pelaksanaan terapi yang diperlukan
Turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan
Dengan kata-kata mengutarakan kemampuan dan tujuan yang realistic
Memperlihatkan sikap yang penuh harapan terhadap masa depan



DAFTAR PUSTAKA


Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Brunner and suddart. (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar