Minggu, 27 Mei 2012

pre-menstruasi syndrom


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

                 Menstuasi merupakan siklus alamiah tubuh wanita untuk reproduksi. Sangatlah penting bagi setiap wanita untuk mengetahui semua hal mengenai menstruasi terutama bagi  mereka yang pertama kali mengalaminya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses yang normal, perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik telah menjadikan penerimaan akan menstruasi. Malahan banyak wanita yang melihat menstruasi dengan bangga sebagai proses yang hanya terjadi pada wanita. Beberapa keluarga bahkan memiliki perayaan khusus untuk menghormati kedewasaan seorang wanita muda.
Premenstrual syndrome (PMS) dapat dihubungkan dengan siklus ovulasi, karenaitu gejala-gejala PMS dapat terjadi kapan saja setelah menarche dan berlanjuthingga ovulasi berhenti pada saat menopause. Sebagian besar pasien yang mencaripengobatan untuk PMS berusia antara pertengahan 20-an sampai dengan akhir 30-an, meskipun banyak wanita melaporkan mengalami gejala-gejala PMS  lebih awal(Freeman, 2007).Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS  adalah faktor peningkatanumur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000). Walaupunada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gelaja yangsama dan kekuatan PMS  yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebihtua (Freeman, 2007).Sedangkan dalam suatu penelitian pada tahun 1994 yang melibatkan 874 wanitadi Virginia menggambarkan bahwa wanita yang berusia antara 35-44 tahun lebih jarang menderita PMS   jika dibandingkan dengan wanita yang lebih muda (Deuster,1999).Menurut teori perkembangan psikososial Erikson, dikuitip dari Whalley &Wong’s (1999), tahap perkembangan manusia menurut umur dibagi dalam delapantahapan. Tiga diantaranya yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu :a.Adolescence/remaja (13-20 tahun)Pada masa ini hubungan sosial utama bagi anak sudah beralih padakelompok sebaya dan kelompok luar yang se-ide dengannya.b.Early adult hood/dewasa awal (21-35 tahun).
Wanita dengan prementruasi sindrom mengalami berbagai variasi gejala fisik dan psikis 2 hingga 14 hari sebelum siklus menstruasi. Gejala-gejala premenstruasi sindrom menghilang setelah datangnya menstruasi. Diperkirakan sekitar 75% wanita mengalami premenstruasi sindrom, dan 20-50% diantaranya ditengarai mengganggu aktivitas sehari-hari. Sekitar 3-5% yang mengalami episode “tidak berdaya” (referensi lain menyebutkan 10% mengalami gangguan berat). Owen (Consultant Obstetrician and Gynaecologist) dalam Cakmoki (2007) menyebutkan bahwa penetapan berat ringannya premenstruasi sindrom berubah-ubah tergantung pada terganggunya aktifitas sehari-hari. Bagi wanita yang sangat mengenali dirinya sendiri dan dapat mengelolanya, boleh jadi premenstruasi sindrom tidaklah terlalu mengganggu. Tak jarang, wanita mengenali premenstruasi sindrom dan askes yang merugikan diri sendiri serta orang sekitarnya, tidak mudah untuk mengendalikannya.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Premenstruasi Sindrom

Premenstruasi sindrom adalah sekelompok gejala yang terjadi menjelang periode menstruasi. Gejala ini bisa fisik, perilaku atau keduanya. Setiap wanita mengalami gejala yang berbeda. Kenyataan, ada lebih dari seratus lima puluh gejala terkait dengan sindrom premenstruasi ini. Gejala-gejala ini berlangsung beberapa hari sebelum menstruasi. Pada beberapa kasus, gejala ini juga muncul pada hari pertama atau kedua menstruasi (Ramaiah, 2006).

Sindrom premenstruasi (PMS) adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menstruasi, dan disusul dengan periode tanpa gejala (Mary, 2006)

Premenstruasi sindrom adalah gejala-gejala yang dialami wanita sehingga fungsi normal wanita dan hubugan antar pribadinya terganggu (terutama dilingkungan keluarga ) (Glasier, 2005).

B.     Etiologi
Penyebab pasti premenstruasi sindrom tidak jelas, tapi kondisi berikut diyakini sebagai penyebab premenstruasi sindrom menurut Ramaiah (2006).
1.      Rendahnya progesterone
2.      tertahannya cairan
Banyak wanita merasa “berat” atau kembung beberapa hari sebelum menstruasi ini karena tubuh mengeluarkan cairan lebih sedikit perharinya sebelum menstruasi. Tertahannya cairan dalam otak diyakini menyebabkan perubahan suasana hati, tertahannya cairan dalam payudara menyebabkan nyeri payudara dan tertahannya cairan dalam saluran percernaan bisa menyebabkan gangguan sistem pencernaan.
3.      Kekurangan vitamin
Vitamin B6 memiliki banyak fungsi dalam tubuh salah satunya adalah pembentukan hormon yang penting untuk fungsi otak. Jadi, ketika vitamin B6 tidak memadai, beberapa hormon untuk otak juga tidak mencukupi.
4.       Tingkat glukosa rendah
Sebagian besar wanita memiliki tingkat glukosa lebih rendah dalam darah mereka sebelum menstruasi dimulai tingkat glukosa kembali normal setelah menstruasi.
5.       Alergi hormon
Menjelang periode menstruasi, tingkat progesteron meningkat. Banyak wanita diyakini alergi terhadap progesteron.
6.      Tingkat prolaktin lebih tinggi

Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Hormon ini merangsang perkembangan pertumbuhan payudara. Semua bukti yang mendukung teori-teori bersifat tidak langsung, bukti defisiensi serotonin berasal dari riset yang memperlihatkan a) kadar serotonin darah perifer berkurang b) selective serotonin re-uptake inhibitor, (SSRI) menurunkan gejala.
Apabila filosofi yang luas pada teori-teori ini benar, maka tampak bahwa siklus ovulasi normal menjadi pemicu untuk kejadian pada wanita yang memiliki respon abnormal terhadap progesterone (atau steroid terkait) yang dapat disebabkan oleh defisiensi fungsi serotonin. Dengan demikian, premenstruasi sindrom adalah suatu gangguan psikoneuro endokrin yang berespon terhadap pemicu yaitu steroid ovarium sehingga pendekatan untuk mengobatinya dimasukan ke dalam dua kategori umum :

1) Memperbaiki anomaly neuroendokrin
2) Menekan (atau memodulasi) pemicu di ovarium
c. Tanda dan Gejala Premenstruasi Sindrom
1.      Tanda dan gejala premenstruasi sindrom yaitu emosi meliputi, sedih, cemas, marah, kesal, suasanahati tak menentu. Nyeri meliputi, sakit kepala, payudara lunak, nyeri sendi dan otot. Perilaku meliputi motivasi rendah, efisiensi rendah, tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Perubahan kulit seperti, jerawat, kulit berminyak, rambut lepek rambut kering (Ramaiah, 2006)
2.       Tanda dan gejala premenstruasi sindrom dalam literature dilaporkan beragam gejala-gejala tersebut mungkin bersifat psikologis dan berkaitan dengan perilaku atau somatic. Sampai sebanyak 200 gejala pernah dilaporkan. Gejala psikologis yang khas adalah agresi, ketegangan, depresi, yang berubah-ubah dan perasaan lepas kendali. Gejala fisik yang sering dilaporkan adalah rasa kembung serta pembengkakan dan nyeri payudara. (Glasier, 2005)



C.    Tanda dan Gejala
a.  Tanda-tanda “badai” psikis:
1.      Gelisah, cemas, takut sendirian, suasana hati serba tak nyaman, rasa lelah dan letih, cemberut, rasa mau marah, mudah marah
2.       Kepribadian seakan sirna, hilangnya rasa percaya diri, kurang konsentrasi, mudah menangis terhadap hal-hal kecil
3.       Depresi, perasaan tertekan, mudah tersinggung, kadang agresif, marah (meledak-ledak) .
b.      Tanda-tanda “badai” fisik:
-          Payudara melunak (kadang  sakit)
-          Perut mengembang, kembung
-          Badan terasa berat
-          Kaki dan sendi terasa lunglai
-          Sakit kepala, dapat juga migraine, dll
D.    Penatalaksanaan
Penanganan premenstruasi sindrom dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1.      therapy non hormon
a.        Diet
Harus mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dengan banyak sayuran dan buah segar. Beberapa wanita mengalami pengurangan gejala setelah makan karbohidrat dan garam lebih banyak. Sereal seperti nasi, gandum, jagung dan sebagainya adalah sumber makanan yang kaya karbohidrat. Minum lebih dari lima hingga enam gelas teh perharinya meningkatkan keparahan gejala pada beberapa wanita. Karena itu harus menghindari minum teh terlalu banyak pada paruh kedua siklus menstruasi.
b.       Olahraga
Berolahraga setidaknya 3 hingga 4 kali seminggu, khususnya selama paruh kedua siklus menstruasi. Riset menunjukan bahwa wanita yang berolahraga teratur lebih kecil kemungkinannya untuk marah atau depresi. Olahraga juga meningkatkan sekresi hormone dan pemanfaatannya, khususnya esterogen.
c.       MengurangiStres
Stress meningkatkan beratnya gejala sindrom premenstruasi, karena itu harus menghindari stress dengan latihan teknik relaksasi seperti yoga dan meditasi secara teratur.
d.       Diuretik
Diuretik adalah obat-obatan yang berfungsi mengeluarkan lebih banyak air dari tubuh. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis kecil bila gejala utamanya rasa kembung dan tubuh terasa berat. Obat-obatan ini tidak memiliki efek samping yang serius pada dosis kecil. Diuretic bisa menyebabkan pusing, sempoyong, malas dan mulut terasa kering.
e.       Psikotherapi
Therapy perilaku kognitif telah semakin luas diterima, terutama diantara para psikolog klinis. Terdapat beberapa studi terkontrol yang membuktikan efektivitas psikotherapi, tetapi sebagian studi tidak dapat membuktikannya.
f.        Obat psikotropik
Golongan benzodiazepine, litium, penghambat monoamine oksidasi, dan anti depresan trisiklik pernah dicoba dan dinilai dalam sejumlah kecil uji.
g.      Inhibitor prostaglandin
Asam mafenamat dan natrium naproksen telah dikaji dalam lima uji control acak. Semua melaporkan perbaikan gejala yang bermakna. Banyak pengidap premenstruasi sindro juga mengeluh disfungsi menstruasi sehingga terapi untuk yang terakhir mungkin memperbaiki keadaan umum secara keseluruhan.
2.      Terapi Hormon
a.       Progesteron
Obat pemancing atau perangsang jarang menyebabkan infeksi dan ruam di vagina, kram pada abdomen. Iritasi setempat atau tingginya gas di perut bila dimasukkan dalam anus.
b.       Estrogen
Supresi ovulasi dengan koyo dan implant estradiol telah meunjukkan bermanfaat. Apabila diberikan peroral tampaknya estrogen tidak memperlihatkan mnfaat dibandingkan dengan placebo.
c.       Pil kontrasepsi oral
Empat uji gagal mempelihatkan superioritas dibandingkan dengan placebo. Dalam teori, terapi pil terus menerus seharusnya efektif tetapi dalam hal ini belum diteliti. Karena banyak wanita muda menginginkan pil untuk kontrasepsi. Maka secara empiris terapi ini tampak bermanfaat untuk dicoba.
d.      Danazol
Obat ini efektif untuk depresi, kembung, nyeri payudara dan gangguan emosional. Danazol tidak mengubah siklus menstruasi dalam dosis-sosis yang dianjurkan untuk perawatan sindrom premenstruasi. Efek sampingnya adalah penambahan berat badan, kram otot dan ruam kulit.
e.        Bormokriptin
Obat ini dianjurkan untuk pembengkakan dan nyeri di payudara. Biasanya diberikan selama paruh kedua siklus menstruasi.
f.       Lithium Karbonat
Obat ini kadang diresepkan untuk mengontrol perilaku abnormal berulang terkait dengan sindrom premenstruasi. Ini bisa menimbulkan efek samping ringan seperti letih, lemah otot, tangan gemetari, kencing berlebihan, haus, pusing, mual muntah dan diare. Lithium karbonat diberikan dalam dosis kecil selama hari yang bersangkutan untuk meminimalkan efek samping ini.
E.     Pencegahan
1) Tidak minum alkohol
2) Mengurangi kopi
3) Menghindari (tidak) merokok
4) Belajar mengenali premenstruasi sindrom dan mengendalikan perasaan
5) Pengaturan pola makan, maksudnya gizi seimbang
6) Olah raga 3 kali seminggu, dengan aerobic sekitar 20-45 menit sebelum premenstruasi datang
7) Memanajemen stress misalnya: meditasi, jalan-jalan, berkebun, dl



F.     Askep Pada PMS
1.        PENGKAJIAN
a.       Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklis menstruasi
b.        Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual
c.        Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkan
d.      Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau tidak, banyak atau sedikit.
e.        Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumor
f.         Persepsi wanita tentang budaya dan etnik
g.      Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan gangguan menstruasi
h.       Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasi
i.         Nyeri : lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas, pola, gejala penyerta, serta koping terhadap nyeri
j.        Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak ada kekuatan, merasa tidak berguna.
2.        DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi..
b.       Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
3.          PERENCANAAN KEPERAWATAN
a.       Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria  hasil: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.
Intervensi;
1.       Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.  R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
2.       Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien. R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
3.       Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
4.        Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
5.      Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
6.        Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri
7.      Lakukan kompres/mandi air panas.
R/ meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.
8.        Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri
9.      Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol. R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.
b.      Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan penanganannya berhubungan dengan kurang informasi.
 Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan mengetahui tentang gangguan menstruasi
 Kriteria hasi: klien menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejalanya ,serta penanganannya, menjelaskan menstruasi yang normal.



Intervensi:
a.       Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi,penyebab, gejala dan penanganannya.
R/mengidentifikasi luasnya masalah klien dan perlunya intervensi.
b.      elaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala, dan penanganannya.
R/dengan memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.
c.       Jelaskan metode-metode untuk mengurangi nyeri
R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penanganan nyeri secara non farmakologis.
d.        Beri kesempatan klien untuk bertanya.
R/meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
        Premenstruasi sindrom adalah sekelompok gejala yang terjadi menjelang periode menstruasi. Gejala ini bisa fisik, perilaku atau keduanya. Setiap wanita mengalami gejala yang berbeda. Kenyataan, ada lebih dari seratus lima puluh gejala terkait dengan sindrom premenstruasi ini. Gejala-gejala ini berlangsung beberapa hari sebelum menstruasi. Pada beberapa kasus, gejala ini juga muncul pada hari pertama atau kedua menstruasi (Ramaiah, 2006).

          Wanita dengan prementruasi sindrom mengalami berbagai variasi gejala fisik dan psikis 2 hingga 14 hari sebelum siklus menstruasi. Gejala-gejala premenstruasi sindrom menghilang setelah datangnya menstruasi. Diperkirakan sekitar 75% wanita mengalami premenstruasi sindrom, dan 20-50% diantaranya ditengarai mengganggu aktivitas sehari-hari. Sekitar 3-5% yang mengalami episode “tidak berdaya” (referensi lain menyebutkan 10% mengalami gangguan berat). Owen (Consultant Obstetrician and Gynaecologist) dalam Cakmoki (2007) menyebutkan bahwa penetapan berat ringannya premenstruasi sindrom berubah-ubah tergantung pada terganggunya aktifitas sehari-hari. Bagi wanita yang sangat mengenali dirinya sendiri dan dapat mengelolanya, boleh jadi premenstruasi sindrom tidaklah terlalu mengganggu.









DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, Jakarta:EGC..
Carpenito LD.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta: EGC.
Price & Wilson.2003.Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Vol 2.Edisi 6.Jakarta:EGC.





















KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Hadirat Illahi Robbi karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan sepanjang jaman Rasullulah SAW. Kami ucapkan juga terimakasih kepada dosen yang membimbing kami dam pembuatan makalah ini.

Makalah ini membahas dan menjelaskan secara sederhana tentang “Askep pada klien dengan Premenstruasi syndrom”.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahannya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun dari semua pihak dan semoga makalah ini bermanfaat.


Mataram, Mei 2012


Penyusun














DAFTARA ISI



Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
        Latar Belakang
Bab II Pembahasan
a.      Definisi………………………………………………………………….
b.      Etiologi………………………………………………………………….
c.       Tanda dan gejala
d.      Penatalaksanaan
e.       Pencegahan
f.       Askep
            Bab III Penutup
                    Kesimpulan
            DAFTAR PUSTAKA















Tidak ada komentar:

Posting Komentar