Kamis, 24 Mei 2012


 GASTROENTRITIS
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah kondisis dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).
Dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Gstroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.

ETIOLOGI
1         Bakteri (Disentri basiler)
o    Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
o    Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
o    Salmonella
o    Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
2        Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahu
PATOFISIOLOGI.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.





GEJALA KLINIS.
a.Diare.
b.Muntah.
c.Demam.
d.Nyeri Abdomen
e.Membran mukosa mulut dan bibir kering
f.Fontanel Cekung
g.Kehilangan berat badan
h.Tidak nafsu makan
i.Lemah
KOMPLIKASI
a.Dehidrasi
b.Renjatan hipovolemik
c.Kejang
d.Bakterimia
e.Mal nutrisi
f.Hipoglikemia
g.Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b.Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c.Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 – 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
  1. Pemberian cairan.
  2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a)      Memberikan asi.
b)       Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin,  mineral dan makanan yang bersih.
  1. Obat-obatan.
Keterangan :
  1. Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum;
a.       cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b.      Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Ø  Dehidrasi ringan.
1. 1 jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari
2. Kemudian 125 ml / Kg BB / oral
Ø  Dehidrasi sedang.
1. 1 jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral
2. kemudian 125 ml / kg BB / hari.
Ø  Dehidrasi berat.
1. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
-       1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
-       7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
-       16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
2.      Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.
-          1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg§BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
-          7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak§mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
3.    Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg
-          1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /§menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).
-          16 jam berikutnya 105 ml / kg BB§oralit per oral.
  1. Diatetik ( pemberian makanan )
Terafi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1.      Memberikan Asi.
2.      Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan vitamin,makanan harus bersih.
3.      Obat-obatan.
1. Obat anti sekresi.
2. Obat anti spasmolitik.
3. Obat antibiotik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Pemeriksaan laboratorium.
a.       Pemeriksaan tinja.
b.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan.
c.       Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
  1. pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
DIAGNOSA KEPERWATAN.
  1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
  2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
  3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
  4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
  5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
  6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
INTERVENSI
  1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
Intervensi
-             Observasi tanda-tanda vital.
-    Observasi tanda-tanda dehidrasi.
-    Ukur infut dan output cairan (balanc ccairan).
-        Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari.
-    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairan,
-    Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
  1. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah.
Intervensi
-          Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
-          Timbang berat badan klien.
-          Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
-          Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi).
-          Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
-          Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan.
Intervensi :
-          Ganti popok anak jika basah.
-          Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
-          Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
-          Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Intervensi :
-          Observasi tanda-tanda vital.
-          Kaji tingkat rasa nyeri.
-          Atur posisi yang nyaman bagi klien.
-          Beri kompres hangat pada daerah abdoment.
-          Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.
  1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
Intervensi :
-          Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
-          Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
-          Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.
-          Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
-          Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

  1. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,prosedur yang menakutkan.
Intervensi :
-          Kaji tingkat kecemasan klien.
-          Kaji faktor pencetus cemas.
-          Buat jadwal kontak dengan klien.
-          Kaji hal yang disukai klien.
-          Berikan mainan sesuai kesukaan klien.
-          Libatkan keluarga dalam setiap tindakan.
-           Anjurkan pada keluarga unrtuk selalu mendampingi klien.
EVALUASI.
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhantubuh.
3. Integritas kulit kembali noprmal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.




Pengertian Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.(Suradi dan Rita Yuliana, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak)
Diare Adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.(Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit)
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan encer.
Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infesi enteral yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi :
- Infeksi bakteri : B coli, salmonella, shigella, versinia, dan sebagainya
- Infeksi virus : enterovirus (virus echo, consacbie) adenovirus, rotavirus dll
- Infeksi parasit : cacing (ascaris oxsuris) protozoa (entamoba, histolytica gindia lamblia) jambi (candida albicans)
b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsitis, bronkopneumonia, dan sebagainya, keadaan ini terutama terdapat pada bayi anak berumur dibawah 2 tahun

2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intelerensi laktosa,maltosa, dan sukrasa) monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan bayi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan gemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai berikut :
a. Gangguan sekresi
Akibat dari rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus
b. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isis rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

c. Gangguan motilities usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik untuk menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Patogenesis diare akut :
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung
b. Jasad renik tersebut berkembang baik (multiplikasi) didalam usus halus
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
d. Akibat toksin tersebut terjadi hiperskresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare
Patogenesis diare kronis :
Lebih kompleksdan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain
Patofisiologis
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hypokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
Gejala Klinik
1.      Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng dan gelisah
2.      Suhu tubuh biasanya meningkat
3.      Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4.      Timbul diare dengan karakteristik tinja;
a.       Tinja cair dan mungkin disertai lendir, dan atau darah
b.  Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu
c.       Makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat di absorbsi oleh usus selama diare
5.      Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering defekasi
6.      Muntah dapat terjadi sesudah dan sebelum diare dapat disebabkan lambang yang dikut meradang akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
7.      Dehidrasi dengan gejala :
a.       Berat badan turun
b.      Turgor berkurang
c.       Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi)
d.      Selaput lendir bibir dan lembut serta kulit tampak kering
Klasifikasi Dehidrasi Akibat Diare
a. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
- Dehidrasi ringan (5 %) kehilangan cairan dan elektrolit
- Dehidrasi sedang (8 %) kehilangan cairan dan elektrolit
- Dehidrasi berat (8 %) kehilangan cairan dan elektrolit
b. Berdasarkan tosinitas plasma
- Dehidrasi hipotik (hipotermia) bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 meg / l
- Dehidrasi isotonic (isonatemia) bila kadar natrium dalam plasma 130-150 meg / l
- Dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 meg / l
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus tablet dinites, bila ada inteleransi gula
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan gangguan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut Astrup (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatimin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan intobasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik
Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, isotonic atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meterismus, hipoloni otot, lemah, brodikardi, perubahan elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
Penatalaksanaan
1.      Pemberian cairan
a.       Jenis cairan
·         Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
-     Formula lengkap mengandung Na Cl, NaHCO3 KCl dan glukosa. Kadar natrium 90 meg/l untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehirasi (untuk pencegahan dehidrasi)
-     Kadar natrium 50 -60 meg / l untuk diare akut non kolera pada anak dibawah 6 bulan dengan dehirasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi
-     Formula lengkap sering disebut oralit
-     Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain (misal larutan garam gula, larutan air tajin garam, larutan, tepung keras garam, dan sebaliknya) untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare obat baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi

·         Cairan parenteral
-       DG aa (1 bagian larutan darrow +1 bagian glukosa 5 %)
-       RL g (1 bagian ringer laktat + 1 bagian glukosa 5 %)
-       RL (ringer laktat)
-       3 @ (1 bagian NaCl 0,9 % + 1 bagian glukosa 5 % + 1 bagian Na laktat 1/6 mol (l)
-       DG 1:2 (1 bagian larutan darroq + 2 bagian glukosa 5 %)
-       RL g 1 : 3 (1 bagian ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10 %)Cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5-10 % 1 bagian Na Cl 0,9%)
b.      Jalan pemberian cairan
-          Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang, dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta keadaan baik
-          Intragastrik untuk dehidrasi ringan sedang atau tanpa dehidrasi tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun
-          Intravena untuk dehidrasi berat
c. Jumlah cairan
d. Jadwal (kecepatan) pemberian cairan
1) Belum ada dehidrasi
- Oral sebanyak anak mau minum (ad libitium) 1 gelas setiap kali buang air besar
- Parental dibagi rata dalam 24 jam
2) Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25 – 50 ml / kb bb peroral atau intragastrik
- selanjutnya : 125 ml / kb bb / hari atau ad libitium
3) Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama  : 50 – 100 ml / kb bb peroral atau intragastrik
- selanjutnya : 125 ml / kb bb / hari atau ad libitium
4) Dehidrasi berat
- Untuk anak 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml / kg bb / jam tau
  : 10 tetes / kg nn / menit (dengan infuse berukuran 1 ml = 15 tetes ) atau
  : 13 tetes / kg bb / menit (dengan infuse berukuran 1 ml = 20 tetes)
7 jam kemudian : 12 ml / kg / jam atau
 : 13 tetes / kg bb / menit (dengan inguf berukuran 1 ml = 15 tetes) atau
 : 4 tetes / kg bb . menit (dengan infuse berukuran 1 ml = 20 tetes)
16 jam berikut  : 125 ml / kg bb oralit peroral atau intragastrik bila anak tidak mau minum teruskan DG aa intravena 2 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau 3 tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 2 - 5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml / kg bb / jam atau
80 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
10 tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml / kg bb / jam atau
3 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
4 tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
16 jam berikut : 125 ml / kg bb / oralit peroral atau intragastrik bila ada anak tidak mau minum, teruskan dengan DG aa intravena 2 tetes kg bb / menit (1 ml : 20 tetes) atau 3 tetes kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml / kg bb / jam atau
5 tetes kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
7 tetes kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
7 jam kemudian : 10 ml / kg bb / jam atau
2 ½ tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
3 tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
16 jam berikut : 105 ml / kg bb / oralit peroral atau intragastrik bila ada anak tidak mau minum, teruskan dengan Dg aa intravena 1 tetes kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau 1 ½ tetes kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
- Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 250 ml / kg bb / 24 jam
Jenis cairan  : cairan 4:1 (bagian glukosa 5 % + bagian Na HCO3 1 ½ %)
Kecepatan :
4 jam pertama : 25 ml / kg bb / jam atau
6 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
8 tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml / kg bb / 20 jam atau
2 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
2 ½ tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
- Untuk bayi berat badan lahir rendah, dengan berat badan kurang dari 2 kg kebutuhan cairan : 250 ml kg bb / 24 jam
Jenis cairan : 4 : 1 (4 bagian dukora 10 % + 1 bagian NaHCO3 1½ %)
Kecepatan :
4 jam pertama : 25 ml / kg bb / jam atau
6 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
8 tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
20 jam berikut : 150 ml / kg bb / 20 jam atau
2 tetes / kg bb / menit (1 ml : 15 tetes) atau
2 ½ tetes / kg bb / menit (1 ml : 20 tetes)
2. Pengobatan Dietetik
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg
Jenis makanan :
- Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, amilton)
- Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah sudah biasa diberi makanan padat.
- Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.
Caranya :
Hari 1 : Setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral
Bila diberi ASI atau susu formula, diare masih sering, hendaknya diberikan tambahan oralit atau air tawar selang-selang dengan ASI, misalnya : 2x ASi / susu formula rendah laktosa, 1x oralit / air tawar atau 1x ASI (susu formula rendah laktosa, 1x oralit/air tawar)
Hari 2-4 : ASI ASI / susu formula rendah laktosa penuh
Hari 5 : dipulangkan dengan ASI / susu formula sesuai dengan kelainan yang ditemukan (dan hasil pemeriksaan laboratorium)
Bila tidak ada kelainan dapat diberikan susu biasa seperti SGM, Dancow, dan sebagainya. Dengan menu makanan sesuai dengan umur dan berat badan bayi.
b. Untuk anak diatas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg
Jenis makanan
- Makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah :
Caranya :
Hari 1 : Setelah dehidrasi segera diberikan makanan seperti buah (pisang) biscuit dan B reda (bubur realimentasi daging ayam) dan ASI ditentukan (bila masih ada) ditambah oralit.
Hari 2 : B reda, buah, biscuit, ASI
Hari 3 : Nasi tim, buah, biscuit dan ASI
Hari 4 : Makan biasa dengan ekstra kalori (1½ kali kebutuhan)
Hari 5 : Dipulangkan dengan nasehat makanan seperti hari 4.
3. Obat-obatan, prinsip pengobatan ini adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau kearbohidrat lain (gulam air tajin, beras dan lain-lain)
- Obat anti sekresi
- Obat anti spasmolitik, seperti papaverine, ekstra beladona, opium, loperamid dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut
- Obat pengeras tinja, seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, dsb.
- Antisipasi, umumnya tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila penyebabnya kolera diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg bb/hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti OMA, faringitis, bronchitis atau bronkhopneumonia.

















PENGERTIAN DISENTRI
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah [1]. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
1.       Buang air besar dengan tinja berdarah
2.       Diare encer dengan volume sedikit
3.       Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
4.       Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
















DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Sudarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Ester Monica. 2001. Keperawatab Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Price, Sylvia, dkk. 1994. Patofisiologi Konsep Klinik, Proses-Proses Penyakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar