BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
B.Tujuan
Makalah ini disusun
untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang kejadian, faktor resiko dan
pendekatan standar serta membahas bagaimana menghindari penyakit GOUT dan menangani
situasi ini jika terjadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
B.Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
C.Fase Luka Bakar
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
1. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area adalah :
1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
1. Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area adalah :
1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas (Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung syaraf pada kulit yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Klien luka bakar mungkin dapat terjadi Diagnosa Resiko dari
satu atau lebih Diagnosa keperawatan berikut :
1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan rumah, keluarga atau yang lain.
2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan situasi krisis.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan kehilangan pengendalian.
4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa depan yang tidak diketahui.
5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang terlalu banyak.
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan kehilangan fungsi pada ekstrimitas dan bagian tubuh lain.
7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar perineum, genetalia, payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan gangguan dalam gambaran diri (body image).
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan lingkungan yang gaduh.
9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan dalam penampilan fisik.
10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi obat.
11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.
1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan rumah, keluarga atau yang lain.
2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan situasi krisis.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan kehilangan pengendalian.
4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa depan yang tidak diketahui.
5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang terlalu banyak.
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan kehilangan fungsi pada ekstrimitas dan bagian tubuh lain.
7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar perineum, genetalia, payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan gangguan dalam gambaran diri (body image).
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan lingkungan yang gaduh.
9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan dalam penampilan fisik.
10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi obat.
11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines
for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % – 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % – 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan;
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.
Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar
lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga,
pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak
ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum;
anoreksia; mual/muntah.
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas;
aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik);
paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka
bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan
udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang
tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel
karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas
pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam
mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin
dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera
campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi
sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan
dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn
parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus
eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh,
kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok
listrik).
Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi
ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa
kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar
X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi
ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan
hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan
cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor
pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum
meningkat pada cedera inhalasi asap.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data hasil
pengkajian, diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada klien luka bakar
diantaranya adalah :
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi tracheobronchiale, trauma inhalasi.
Nyeri berhubungan dengan kerusakan
kulit/jaringan
Aktual/resiko ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik,
katabolisme protein.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan tahanan.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena luka bakar.
Resiko infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer, kerusakan jaringan.
Aktual/Resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan penguapan cairan tubuh yang berlebihan.
Gangguan konsep diri : Body image
berhubungan dengan kejadian traumatic, kecacatan.
C.INTERVENSI
DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Meningkatkan pertukaran gas dan
bersihan jalan nafas.
Pemeriksaan untuk mengkaji
pertukaran gas yang adekuat dan bersihan jalan nafas merupakan aktivitas
keperawatan yang esensial. Frekuensi, kualitas dan dalamnya respirasi harus
dicatat. Tindakan perawatan pulmoner yang agresif, termasuk tindakan membalikan
tubuh pasien, mendorong pasien untuk batuk serta bernafas dalam, memulai
inspirasi kuat yang periodic dengan spirometri, dan mengeluarkan timbunan
secret melalui pengisapan trachea jika diperlukan, semuanya ini merupakan
tindakan yang penting terutama pada pasien luka bakar dengan cedera inhalasi.
Pengaturan posisi tubuh pasien untuk
mengurangi kerja pernafasan serta meningkatkan ekspansi dada yang maksimal, dan
pemberian oksigen yang dilembabkan atau pelaksanaan ventilasi mekanis, dapat
menurunkan lebih lanjut stress metabolic dan memastikan oksigenasi jaringan
yang adekuat.
2. Mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan.
Nyeri terasa lebih hebat pada luka
bakar derajat dua ketimbang pada luka bakar derajat tiga, karena ujung-ujung
sarafnya tidak rusak. Ujung-ujung saraf yang terpajan sangat sensitive terhadap
aliran udara yang dingin sehingga diperlukan kassa penutup steril yang bisa
membantu mengurangi rasa nyeri tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas
pengobatan nyeri, preparat analgetik harus sudah diberikan sebelum nyeri terasa
sangat hebat.
Intervensi keperawatan seperti
mengajarkan teknik-teknik relaksasi kepada pasien, memberikan kemampuan kepada
pasien untuk mengontrol sendiri proses perawatan lukanya serta pemakaian
analgetiknya, dan terus menerus menentramkan kekhawatiran pasien, merupakan
tindakan yang sangat membantu.
Pendekatan lainnya untuk mengurangi
nyeri adalah pengalihan perhatian melalui program video atau video games,
hypnosis, biofeedback, dan modifikasi perilaku juga berguna bagi penanganan
nyeri.
3. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
Perawat harus kolaborasi dengan ahli
gizi untuk merencanakan diet tinggi kalori tinggi protein yang dapat diterima
oleh pasien. Suplemen nutrisi seperti ensure atau resource dapat ditawarkan
pula. Asupan kalori pasien harus dicatat Suplemen vitamin dan mineral boleh
diberikan.
Lingkungan pasien sedapat mungkin
harus dibuat menyenangkan pada jamjam makan. Memesan makanan yang disukai
pasien dan menawarkan kudapan yang kaya akan protein serta vitamin merupakan
cara-cara untuk mendorong pasien agar mau meningkatkan secara bertahap asupan
makanannya.
4. Meningkatkan Mobilitas Fisik.
Prioritas dini adalah mencegah
komplikasi akibat imobilitas. Bernafas dalam, membalikan tubuh, dan mengatur
posisi yang benar merupakan praktik keperawatan yang esensial untuk mencegah
atelektasis serta pneumonia, untuk mengendalikan edema, dan untuk mencegah
decubitus serta kontraktur.
Latihan gerak yang aktif maupun
pasif dapat dimulai sejak awal masuk rumah sakit dan kemudian dilanjutkan
dengan pembatasan yang ditentukan oleh dokter setelah dilakukan pencangkokan
kulit. Bidai atau alat-alat fungsional lainnya dapat digunakan pada ekstremitas
untuk mengendalikan kontraktur.
5. Memperbaiki Integritas Kulit dengan
Perawatan Luka
waktu dalam perawatan luka
bakar.Fungsi keperawatan mencakup pengkajian serta pencatatan setiap perubahan
atau kemajuan dalam proses kesembuhan luka dan menjaga agar semua anggota tim
perawatan terus mendapatkan informasi tentang berbagai perubahan pada luka atau
penanganan pasien.
6. Mencegah Infeksi.
Perawat bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan yang aman serta bersih dan meneliti luka bakar dengan
cermat guna mendeteksi tanda-tanda dini infeksi, hasil pemeriksaan kultur dan
pemeriksaan leukosit harus dipantau.
Teknik aseptic harus diterapkan
dalam prosedur perawatan luka bakar serta prosedur invasive lainnya. Seperti
pemasangan infuse dan kateter urin. Membasuh tangan dengan teliti sebelum dan
sesudah menyentuh setiap pasien juga merupakan komponen yang esensial dalam
pencegahan infeksi.
Perawat harus melindungi pasien
terhadap sumber-sumber kontaminasi yang mencakup pasien lain, anggota staf
keperawatan, pengunjung dan peralatan. Para pengunjung harus menjalani skrining
agar pasien luka bakar yang fungsi kekebalannya terganggu tidak terkena
mikroorganisme yang pathogen. Memandikan bagian-bagian tubuh yang tidak
terbakar dan mengganti linen yang dilakukan secara teratur dapat membantu
mencegah infeksi.
7. Memulihkan keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Perawat harus memeriksa Tanda-tanda
Vital dan keluaran urin dengan sering disamping menilai tekanan vena sentral,
tekanan arteri pulmonalis, serta curah jantung pada pasien luka bakar yang
berat. Volume cairan yang diinfuskan harus sebanding dengan volume haluaran
urin. Kadar elektrolit serum juga harus dipantau.
8. Memperkuat Strategi koping.
Dalam fase akut perawatan luka
bakar, pasien sedanga berhadapan dengan realitas trauma luka bakar dan berduka
karena mengalami kehilangan yang nyata. Depresi, regresi dan perilaku
manipulatip merupakan mekanisme koping yang lazim digunakan oleh pasien-pasien
luka bakar. Perawat dapat membantu pasien untuk mengembangkan strategi koping
yang efektif dengan menetapkan harapan yang spesifik terhadap perilaku,
meningkatkan komunikasi yang jujur untuk membangun hubungan saling percaya,
membantu pasien dalam mempraktikan berbagai strategi yang tepat, dan memberikan
dorongan yang positif bila diperlukan.
D.EVALUASI
Memelihara pertukaran gas dan
bersihan jalan nafas
Memperlihatkan frekuensi respirasi
antara 12 dan 20 x/mnt
Memperdengarkan suara paru yang
bersih pada auskultasi
Memperlihatkan tingkat saturasi
oksigen arterial yang melebihi 96% (dengan oksimetri denyut nadi)
Memiliki secret respirasi yang
minimal, tidak berwarna dan encer. Mengalami nyeri yang minimal
Mengalami nyeri yang minimal
Memerlukan preparat analgetik hanya
untuk aktifitas fisiotherapi atau perawatan luka yang spesifik
Melaporkan nyeri yang minimal
Tidak memperlihatkan tanda-tanda
fisiologik atau nonverbal yang menunjukkan terdapatnya nyeri yang sedang atau
berat
Menggunakan tindakan untuk
mengendalikan nyeri seperti tehnik relaksasi, imajinasi, dan distraksi untuk
mengatasi serta menghilangkan gangguan rasa nyaman
Dapat tidur tanpa terganggu oleh
rasa nyeri
Melaporkan bahwa kulit terasa nyaman
tanpa rasa gatal atau kencang.
Memperlihatkan status nutrisi yang
anabolic
Mengalami kenaikan berat badan
setiap hari sesudah sebelumnya menunjukan penurunan awal yang terjadi sekunder
karena dieresis cairan dan tidak adanya asupan makanan atau cairan peroral
Tidak menunjukan tanda-tanda
defisiensi protein, vitamin atau mineral
Memenuhi kebutuhan nutrisi yang
diperlukan lewat asupan peroral
Turut berpartisipasi dalam memilih
makanan yang mengandung nutrient
Memperlihatkan kadar protein serum
yang normal
Mempertlihatkan mobilitas fisik yang
optimal
Memperbaiki kisaran gerak pada sendi
setiap hari
Mempertlihatkan kisaran gerak
pra-luka bakar pada semua sendi
Tidak mengalami tanda-tanda
kalsifikasi disekitar sendi
Turut berpartisipasi dalam aktivitas
hidup sehari-hari
Memperlihatkan perbaikan integritas
kulit
Mempertahankan kulit yang secara
umum tampak utuh dan bebas dari infeksi, decubitus, serta cedera
Memperlihatkan daerah-daerah luka
terbuka yang berwarna merah muda, mengalami reepitelialisasi dan bebas dari
infeksi
Memperlihatkan lokasi donor (tempat
cangkokan kulit diambil) yang bersih dan sedang berada dalam proses kesembuhan
Sudah memperlihatkan luka yang
sembuh, teraba lunak dan halus
Memperlihatkan kulit yang licin dan
elastic
Tidak mengalami infeksi local maupun
sistemik
Memperlihatkan hasil pemeriksaan
kultur dengan jumlah bakteri yang minimal
Memperlihatkan hasil pemeriksaan
kultur sputum dan urin yang normal
Mencapai keseimbangan cairan yang
optimal
Mempertahankan asupan serta keluaran
cairan dan berat badan yang mempunyai korelasi dengan pola yang diharapkan
Memperlihatkan tanda-tanda vital,
CVP, tekanan arteri pulmonalis yang tetap berada dalam batas-batas yang
direncanakan
Memperlihatkan peningkatan haluaran
urin sebagai reaksi terhadap pemberian diuretic dan preparat vasoaktif
Memiliki frekuensi denyut jantung
yang kurang dari 110 x/mnt dengan irama sinus yang normal
Menggunakan strategi koping untuk
menghadapi masalah pasca luka bakar
Dengan kata-kata mengutarakan reaksi
terhadap luka bakar, prosedur terapeutik, kehilangan
Turut bekerja sama dengan petugas
kesehatan dalam pelaksanaan terapi yang diperlukan
Turut berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan
Dengan kata-kata mengutarakan
kemampuan dan tujuan yang realistic
Memperlihatkan sikap yang penuh
harapan terhadap masa depan
DAFTAR
PUSTAKA
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan
Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC.
Jakarta.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien.Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Brunner and suddart. (1997). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar