HIPERBILIRUBINEMIA
1.
Definisi
Hiperbilirubinemia adalah akumulasi
bilirubin yang berlebihan dalam darah yang ditandai dengan ikterus, yaitu warna
kekuningan pada kulit atau organ lain. (Wong & Whaky, 1997).
Hiperbilirubin pada bayi baru
lahir dapat mengakibatkan gangguan pada susunan saraf pusat (kern ikterus) atau
kematian sehingga diperlukan penanganan yang tepat dan cepat.
2.
Klasifikasi ikterus fisiologis
dan patologis pada bayi
2.1.
Ikterus
fisiologis
-
Timbul
pada hari ke dua atau ke tiga.
-
Kadar
bilirubin indirek tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5
mg% untuk neonatus cukup bulan.
-
Kecepatan
peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari.
-
Kadar
bilirubin direk tidak melebihi 1 mg% per hari.
-
Puncaknya
pada hari ke 5 sampai ke 7 dan menghilang pada hari ke 10-14 hari pertama.
-
Tidak
terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.
2.2.
Ikterus
patologis
-
Terjadi
pada 2 jam pertama kehidupan.
-
Kadar
bilirubin 10 mg% pada neonatus kurang bulan, 12,5 mg% pada neonatus cukup
bulan.
-
Kadar
bilirubin direk melebihi 1 mg%.
-
Ikterus
menetap sesudah hari ke 10 (bayi cukup bulan) dan 14 hari BBLR.
-
Mempunyai
hubungan de-ngan hemolitik (inkompatibi-litas darah, defisiensi enzim dan
sepsis).
3.
Metabolisme Bilirubin
§
Produksi : Sebagian
besar bilirubin terbentuk sebagai akibat pemecahan haemoglobin pada sistem RES.
Satu gram haemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek (bilirubin
yang larut dalam lemak).
§
Transportasi : Bilirubin
indirek kemudian diikat oleh albumin, sel parenkim hepar mempunyai cara
selektip dan efektip mengambil bilirubin dari plasma, bilirubin ditransfer
melalui membran ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak.
§
Konyugasi: Dalam sel hepar bilirubin kemudian
dikonyugasi.
§
Ekskresi : Sesudah
konyugasi biliru-bin direk yang larut dalam air di ekskresi dengan cepat ke
sistem empedu kemudian ke usus. Dalam usus bilirubin direk ini tidak di
absorbsi, sebagian kecil bilirubin direk di hidrolisis menjadi bilirubin
indirek dan di absorbsi. Oleh usus masuk kembali ke dalam peredaran darah. Siklus
ini disebut siklus entero hepasis dan di absorbis kembali oleh mukosa usus.
4.
Apakah Ikterus itu ?
·
Ikterus
adalah pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa (missal: sklera mata) yang
disebabkan oleh penumpukan billirubin.
·
Oleh
karena ikterus pada sklera neonatus sukar diperiksa maka kulit adalah tempat
deteksi ikterus.
·
Ikterus
adalah gejala klinik bukan diagnosa penyakit.
5.
Apakah Billirubin itu ?
·
Sel
darah merah mengandung pigmen berwarna merah yang namanya haemoglobin.
·
Haemoglobin
ini adalah zat yang mengikat oksigen dari paru dan mendistribusi oksigen ke
seluruh tubuh.
·
Bila
sel darah merah mati/pecah haemoglobin akan di urai menjadi pigmen kuning yang
dinamakan Billirubin.
·
Billiubin
hasil pemecahan ini disebut billirubin indirek yang larut dalam lemak.
Billirubin:
Indirek
|
Direk
|
·
Tidak
larut dalam air.
·
Berikatan
dengan albumin untuk transport.
·
Komponen
bebas larut dalam lemak.
·
Komponen
bebas bersifat Toksik untuk otak.
|
Adanya sumbatan dalam hati.
·
Dapat
larut dalam air.
·
Tidak
larut dalam lemak.
·
Tak
toksik untuk otak.
·
Penumpukan
dalam hati dapat menjadi sirosis hepatic.
|
Mengapa bayi mengalami ikterus
pada minggu pertama kehidupan?
·
Meningkatnya
produksi billirubin:
ü
Turn
over sel darah merah yang lebih tinggi
ü
Umur
sel darah merah lebih singkat
·
Penurunan
ekskresi billirubin:
ü
Penurunan
uptake dalam hati
ü
Penurunan
konjugasi oleh hati
ü
Peningkatan
sirkulasi billirubin enterohepatik
Ekskresi billirubin membaik
setelah 1 minggu.
Tambahan dengan: Tata cara foto
terapi.
Derajat
Ikterus
|
Daerah
Ikterus
|
Perkiraan
kadar billirubin
|
I
|
Daerah
kepala & leher
|
5,0
mg%
|
II
|
Sampai
badan atas
|
9,0
mg%
|
III
|
Sampai
badan bawah hingga tungkai
|
11,4
mg%
|
IV
|
Sampai
daerah lengan, kaki bawah, lutut
|
12,4
mg%
|
V
|
Sampai
daerah telapak tangan dan kaki
|
16,0
mg%
|
6.
Etiologi/Faktor Resiko
6.1.
Hemolisis/produksi
bilirubin meni-ngkat
-
Golongan
darah ibu – bayi tidak sesuai (Rh + ABO).
-
Perdarahan
tertutup, memar.
-
Enzim
GG pada rendah.
6.2.
Gangguan
transport
-
Albumin
rendah (prematur, kurang gizi)
-
Ikatan
kompetitif dengan albumin (obat-obatan atau bahan lain)
-
Kemampuan
meningkat, albumin rendah (asidosis)
6.3.
Gangguan
konyugasi
-
Enzym
glukoronil transferase belum adekuat (prematur)
6.4.
Gangguan
ekskresi
-
Obstruksi
saluran empedu.
-
Obstruksi
usus (sirkulasi entero-hepatik meningkat).
7.
Pencegahan
1.
Pengawasan
antenatal yang baik.
2.
Menghindari
obat yang dapat meningkatkan ikterus pada masa kehamilan dan kelahiran,
misalnya oksitosin dan lain-lian.
3.
Pencegahan
dan pengobatan hipoxia pada janin dan neonatus.
4.
Penggunaan
phenobarbital pada ibu 1-2 sebelum partus.
5.
Penyinaran
yang baik pada bangsal bayi baru lahir.
6.
Pemberian
minum dini.
7.
Pencegahan
infeksi.
8.
Penanganan
§
Ikterus
fisiologis tidak memerlu-kan penanganan yang khusus, kecuali pemberian minum
sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi.
-
Pemberian
minum sedini mungkin akan meningkatkan mutilitas usus dan juga menyebabkan
bakteri di intruduksi ke usus. Bakteri dapat mengubah bilirubin diek menjadi
mobilin yang tidak dapat di absrobsi kembali. Dengan demikian kadar bilirubin
serum akan turun.
-
Meletakkan
bayi di bawah sinar matahari pagi 15-20 menit setiap hari antara jam 06.30 –
08.00 selama 3-4 hari.
§
Penatalaksanaan
Tindakan umum:
a.
Memeriksa
golongan darah ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu hamil.
b.
Mencegah
trauma lahir.
c.
Pemberian
makanan sedini mungkin dengan dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
d.
Pengobatan
terhadap faktor penyebab bila diketahui.
Tindakan
khusus:
a.
Pemberian
penobarbital, agar proses konyugasi dipercepat, serta mem-permudah ekskresi.
Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektip karena membutuhkan waktu 4-5
hari baru menurun.
Pemberian penobarbital ini
tampak jelas diberikan pada ibu hamil beberapa minggu sebelum persali-nan.
b.
Memberi
substrat yang kurang untuk transportasi
atau konyugasi, misalnya pemberian albumin untuk mengikat bilirubin
bebas.
Albumin biasanya diberikan sebe-lum
transfusi tukar.
Albumin akan mempercepat keluar-nya
bilirubin dari ekstra vaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin yang diikatnya
lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar.
c.
Mengeluarkan
bilirubin secara mekanik dengan
transfusi tukar.
d.
Melakukan
dekomposisi bilirubin dengan foto terapi → untuk menu-runkan kadar bilirubin
serum pada neonatus dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat.
Foto terapi dapat menyebabkan terjadinya
isomerisasi bilirubin indirek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar