ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS
Defenisi
Meningitis
adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.
Etiologi
Meningitis
disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas
bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis Bakteri
Bakteri
yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,
Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens,
Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap
bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan
adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya
tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
Meningitis Virus
Tipe
dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan
oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok,
herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada
kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan
otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Patofisiologi
Otak
dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti
jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme
(virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak
melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung)
atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik ke kranial maupun ke saraf spinal
yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat
menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan
hydrocephalus.
Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat penyakit dan pengobatan
Faktor
riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti
kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu
diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor
presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
Manifestasi Klinik
·
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya
mengingat, perubahan tingkah laku.
·
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien
menjadi stupor.
·
Sakit kepala
·
Sakit-sakit pada otot-otot
·
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila
cahaya diarahkan pada mata pasien
·
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
·
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya
normal dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan
penurunan tonus otot.
·
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada
bakterial meningitis dan tidak terdapat pada virus meningitis.
·
Nausea
·
Vomiting
·
Demam
·
Takikardia
·
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari
korteks cerebri atau hiponatremia
·
Pasien merasa takut dan cemas.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra
kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan
konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama
jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
Serum
elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan
elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan
dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah
2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan
otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan
dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya.
Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
adalah :
Gangguan perfusi jaringan sehubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
·
Pasien kembali pada,keadaan status neurologis
sebelum sakit
·
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
·
Tanda-tanda vital dalam batas normal
·
Rasa sakit kepala berkurang
·
Kesadaran meningkat
·
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau
hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang
tanpa bantal
|
Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan
resiko untuk terjadinya herniasi otak
|
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
|
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
|
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu,
Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
|
Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan
tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan
peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
|
Monitor intake dan output
|
hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan
meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea
yang menurunkan intake per oral
|
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan
pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat
tidur.
|
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat
melindungi diri dari efek valsava
|
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
|
Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
|
Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
|
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan
oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
|
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid,
Aminofel, Antibiotika.
|
Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas
kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang.
|
Resiko
terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan
dengan hiperthermi
Kriteria
hasil :
·
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
·
Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
·
Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit
(anak)
·
Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit
(anak)
·
Kesadaran composmentis
Rencana
Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Longgarkan pakaian,
berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
|
proses konveksi akan
terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
|
Berikan kompres
dingin
|
perpindahan panas
secara konduksi
|
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
|
saat demam kebutuhan
akan cairan tubuh meningkat
|
Observasi kejang
dan tanda vital tiap 4 jam
|
Pemantauan yang
teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
|
Batasi aktivitas selama anak panas
|
aktivitas dapat
meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas
|
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis
|
Menurunkan
panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
|
Gangguan
rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria
hasil :
·
Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
·
RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak
rewel.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kaji faktor – faktor
terjadinya hiperthermi
|
mengetahui penyebab
terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh
|
Observasi tanda –
tanda vital tiap 4 jam sekali
|
Pemantauan tanda
vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
|
Pertahankan
suhu tubuh normal
|
suhu tubuh dapat
dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan
mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh
|
Ajarkan
pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak
|
proses konduksi/perpindahan
panas dengan suatu bahan perantara
|
Anjurkan
untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
|
proses hilangnya
panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat
|
Atur sirkulasi udara
ruangan
|
Penyediaan udara bersih
|
Beri
ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
|
Kebutuhan cairan
meningkat karena penguapan tubuh meningkat
|
Batasi aktivitas fisik
|
aktivitas
meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas
|
Resiko terjadinya injuri sehubungan
dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang
disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot
muka lainnya
|
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan
evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
|
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang,
papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat pasien.
|
Melindungi pasien bila kejang terjadi
|
Pertahankan bedrest total selama fae akut
|
Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope,
dan ataksia terjadi
|
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam,
phenobarbital, dll.
|
Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius
depresi dan sedasi.
|
Kurangnya
pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit
anaknya.
Kriteria hasil:
·
Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
·
Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
·
keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kaji tingkat
pengetahuan keluarga
|
Mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat
|
Beri penjelasan
kepada keluarga sebab dan akibat kejang
|
penjelasan tentang
kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
|
Jelaskan setiap
tindakan perawatan yang akan dilakukan
|
agar keluarga
mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
|
Berikan
Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang,
antara lain :
1. Jangan
panik saat kejang
2. Baringkan
anak ditempat rata dan lembut.
3. Kepala
dimiringkan.
4. Pasang
gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
5. Setelah
kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan
tenang.
6. Jika
suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
7. Segera
bawa ke rumah sakit bila kejang lama
|
sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar
mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan
|
Berikan Health
Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
|
mencegah peningkatan
suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang
|
Jika anak sembuh,
jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau
teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan
suhu
|
sebagai upaya
preventif serangan ulang
|
Beritahukan keluarga
jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam
|
imunisasi pertusis
memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam
|
TINJAUAN KASUS
1.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14
April 2003 pukul 10.00 WIB di Ruang anak (Ruang neurologi/ B II) RSUD Dr.
Soetomo surabaya
a. Biodata
Nama :
By. L
Tempat tanggal lahir : Jombang,
17 Desember 2002
Usia : 5 bulan/ anak ke-5
Jenis kelamin : Perempuan.
Nama ayah/ ibu :
Tn. S/ Ny. S
Pendidikan ayah/ ibu : SMA/ SMP
Agama :
Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat :
Mojowarno/ Jombang
No. DMK :
101-392-85
Tgl MRS :
13 April 2003
Sumber informasi :
Ibu
Diagnosa medis :
S. Meningitis
b. Keluhan utama
Kejang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya di rumah klien sudah
seminggu menderita demam, flu dan batuk. klien mulai kejang pada tanggal 13
April 2003 jam 23.00 (pada saat kejang mata melirik ke atas, kejang pada
seluruh badan, setelah kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar
buih lewat mulut) dan langsung dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan MRS
di Ruang anak B2 Neorologi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien pernah MRS dengan
diare pada saat berumur 1 bulan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa saat klien
menderita panas dan kejang didalam keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/
batuk.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil
ia rajin kontrol ke bidan didekat rumahnya, ia mengatakan bahwa ia juga
mengkonsumsi jamu selama hamil yaitu jamu. Menurut ibu, klien lahir kembar di
rumah sakit Mojowarno Jombang dengan berat badan lahir 1200 gram, tidak
langsung menangis, menurut ibu air ketubannya berwarna kehitaman dan kental.
g. Status imunisasi
Menurut ibu anaknya telah
mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan hepatitis
h. Status nutrisi
Ibu mengungkapkan An.L diberikan ASI
mulai lahir sampai berumur 1 bulan, setelah dirawat di ruang anak ibu tidak
menenteki dan diganti dengan PASI Lactogen. Pada saat pengkajian BB 1300 gram,
panjang badan 62 cm, lingkar lengan atas
7 cm. Ibu mengungkapkan anak tidak mual dan tidak pernah muntah.
i. Riwayat perkembangan
Pada saat ini anak memasuki masa
basic trust Vs Mistrust (dimana rasa percaya anak kepada lingkungan terbentuk
karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada fase oral dimana
kepuasan berasal pada mulut.
j. Data Psikososial
Ibu mengungkapkan bahwa ia menerima
keadaan anaknya, dan berharap agar anaknya bisa cepat sembuh dan pulang
berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien. Ibu dan nenek klien selalu
menunggui klien dan hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien datang
mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.
k. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Anak tampak tidur dengan menggunakan
IV Cath pada tangan kanan, kesadaran compomentis, nadi 140 x/mnt, suhu 385
OC, pernafasan 40 x/mnt teratur.
2) Kepala dan leher
Kepala berbentuk simetris, rambut
bersih, hitam dan penyebarannya merata, ubun-ubun besar masih belum menutup,
teraba lunak dan cembung, tidak tegang. Lingkar kepala 36 cm.
Reaksi cahaya +/+,
mata tidak ada anemi, ikterus tidak ada, tidak terdapat sub kunjungtival
bleeding.
Telinga tidak ada serumen.
Hidung tidak terdapat pernafasan
cuping hidung.
Mulut bersih, tidak terdapat
moniliasis.
Leher tidak terdapat pembesaran
kelenjar, tidak ada kaku kuduk.
3) Dada dan thoraks
Pergerakan dada simetris, Wheezing -/-,
Ronchi -/-, tidak terdapat retraksi otot bantu
pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus cordis terletak di midclavicula sinistra
ICS 4-5, S1S2 tunggal tidak ada bising/ murmur.
4) Abdomen
Bentuk supel, hasil perkusi tympani, tidak terdapat
meteorismus, bising usus+ normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak teraba.
Kandung kemih teraba kosong.
5) Ekstrimitas
Tidak terdapat spina bifida pada
ruas tulang belakang, tidak ada kelainan dalam segi bentuk, uji kekuatan otot
tidak dilakukan. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai dengan arah gerak
sendi.
6) Refleks
Pada saat dikaji refleks menghisap
klien +, refleks babinsky +,
Pemeriksaan penunjang medis tanggal
17 april 2003
Kalium serum 4,0 normal 3,5-5,5 mEq/L
Na Serum 134 normal 135-145 mEq/L
Kalsium serum 5,4 normal 8,0-10 mg/dl
2.
Rencana tindakan
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
||||
1
|
Gangguan perfusi
jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
|
·
Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
·
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
|
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
Kesadaran meningkat
-
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda
tekanan intrakranial yang meningkat
|
1. Pasien bed rest total dengan
posisi tidur terlentang tanpa bantal
2. Monitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS.
3. Monitor intake dan output
4. Monitor tanda-tanda vital seperti
TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
5. Bantu pasien untuk membatasi gerak
atau berbalik di tempat tidur.
Kolaborasi
6. Berikan cairan perinfus dengan
perhatian ketat.
7. Monitor AGD bila diperlukan pemberian
oksigen
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid,
Aminofel, Antibiotika
|
1.
Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk
terjadinya herniasi otak
2.
Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
3.
Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan
kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan
sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan
suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
4.
hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko
dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan
intake per oral
5.
Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen.
Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri
dari efek valsava
6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral
7.
Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada
tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas
kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan kejang
|
||||
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
||||
2
|
Resiko terjadi
kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
|
Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan
hiperthermi
|
·
Tidak terjadi serangan kejang
ulang.
·
Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 –
37,5 º C (anak)
·
Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
·
100-110 x/menit (anak)
·
Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
·
24 – 28 x/menit (anak)
·
Kesadaran composmentis
|
1.
Longgarkan pakaian, berikan
pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
2.
Berikan kompres dingin
3.
Berikan ekstra cairan (susu, sari
buah, dll)
4.
Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
5.
Batasi aktivitas selama anak panas
6.
Berikan anti piretika dan
pengobatan sesuai advis
|
1.
proses konveksi akan terhalang
oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.
perpindahan panas secara konduksi
3.
saat demam kebutuhan akan cairan
tubuh meningkat
4.
Pemantauan yang teratur menentukan
tindakan yang akan dilakukan
5.
aktivitas dapat meningkatkan
metabolisme dan meningkatkan panas
6.
Menurunkan panas pada pusat hipotalamus
dan sebagai propilaksis
|
||||
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
3
|
Resiko terjadinya
injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan
tingkat kesadaran
Tujuan:
|
Pasien bebas dari
injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
|
Klien bebas dari
resiko injuri
|
1.
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot
muka lainnya
2.
Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman,
dan alat suction selalu berada dekat pasien
3.
Pertahankan bedrest total selama fase akut
Kolaborasi
4.
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital,
dll.
|
1.
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai
dengan intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2.
2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
3.
Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia
terjadi
4.
Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat
menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi
|
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
4
|
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan
informasi
|
Pengetahuan keluarga
bertambah tentang penyakit anaknya
|
·
Keluarga tidak sering bertanya
tentang penyakit anaknya.
·
Keluarga mampu diikutsertakan
dalam proses keperawatan.
· keluarga
mentaati setiap proses keperawatan
|
1. Kaji
tingkat pengetahuan keluarga
2.
Beri penjelasan kepada keluarga
sebab dan akibat kejang
3.
Jelaskan setiap tindakan perawatan
yang akan dilakukan
4. Berikan
Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang,
antara lain :
o
Jangan panik saat kejang
o
Baringkan anak ditempat rata dan
lembut.
o
Kepala dimiringkan.
o
Pasang gagang sendok yang telah
dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
o
Setelah kejang berhenti dan pasien
sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
o
Jika suhu tinggi saat kejang
lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
o
Segera bawa ke rumah sakit bila
kejang lama
5. Berikan
Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas
6. Jika
anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari
orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu
7. Beritahukan
keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam
|
1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki
keluarga dan kebenaran informasi yang didapat
2. penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu
menambah wawasan keluarga
3. agar
keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
4.
sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam
mengatasi masalah kesehatan
5.
mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang
6.
sebagai upaya preventif serangan ulang
7.
imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang
demam
|
:
5. Pelaksanaan
Tgl/ Pukul
|
No. DP
|
Pelaksanaan tindakan
|
15 April 2003
|
1.
|
1. Melakukan bed rest total pada
klien dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
2. Memonitor tanda-tanda status
neurologis
3. Memonitor intake dan output
4. memonitor tanda-tanda vital
seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
5. Membantu pasien untuk membatasi gerak
atau berbalik di tempat tidur.
6. Kolaborasi
·
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
·
Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
·
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel,
Antibiotika
|
15 April 2003
|
2.
|
1. Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
2. Memberikan kompres dingin di daerah kepala, leher dan
ketiak
3. Memberikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
4. Mengobservasi kejang
dan tanda vital tiap 4 jam
5. Membatasi aktivitas selama anak panas
- Berikan
anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
|
15 April 2003
|
3
|
Independent
1. monitor kejang pada tangan,
kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya
2. Persiapkan lingkungan yang aman
seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat
pasien
3. Pertahankan bedrest total
selama fae akut
Kolaborasi
1. Berikan terapi sesuai advis dokter
seperti; diazepam, phenobarbital, dll..
|
15 April 2003
|
4
|
1. Mengkaji
tingkat pengetahuan keluarga
2.
Memberi penjelasan kepada keluarga
sebab dan akibat kejang
3.
Menjelaskan setiap tindakan
perawatan yang akan dilakukan
4. Memberikan
Health Education tentang cara
menolong anak kejang dan mencegah kejang, antara lain :
o
Jangan panik saat kejang
o
Baringkan anak ditempat rata dan
lembut.
o
Kepala dimiringkan.
o
Pasang gagang sendok yang telah
dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
o
Setelah kejang berhenti dan pasien
sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
o
Jika suhu tinggi saat kejang
lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
o
Segera bawa ke rumah sakit bila
kejang lama
5.
Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak
panas
6.
Jika anak sembuh, jaga agar anak
tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang
menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
7. Beritahukan
keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada
petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam
|
5. Evaluasi
No.DP
|
Tanggal
|
SOAP
|
1
|
16-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik masih
terjadi
O : - Tangan dan kaki
klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
2
|
16-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
O : - Jam 11.00 klien
kejang
- Suhu tubuh jam 11.00 38,6 0 C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
3
|
16-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh
klien
O : - Klien masih
terjadi spastik
-
Lingkungan tempat tidur terlihat aman
-Klien masih bedrest total ditempat
tidur
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
4
|
16-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan sudah mengerti apa yang sudah
dijelaskan
O : Ibu klien
terlihat lebih tenang
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
1
|
17-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik masih
terjadi
O : - Tangan dan
kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
2
|
17-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
O : - Jam 09.00
klien kejang
- Suhu tubuh jam 10.00 38,4 0 C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
3
|
17-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh
klien
O : - Klien masih
terjadi spastik
- Lingkungan tempat tidur terlihat aman
-Klien masih bedrest total ditempat
tidur
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
1
|
18-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik masih
terjadi
O : - Tangan dan
kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
2
|
18-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa pada malam jam 0300 klien
kejang
O : - Suhu tubuh jam
10.00 38,4 0 C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Melakukan
kolaborasi untuk memeriksa hasil lab elektrolit : Na, K, Cal
|
3
|
18-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan tidak terjadi injuri pada tubuh
klien
O : - Klien masih terjadi spastik
- Lingkungan tempat tidur terlihat
aman
-Klien masih bedrest total ditempat
tidur
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
1
|
19-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan bahwa tanda –tanda spastik masih
terjadi
O : - Tangan dan
kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
|
2
|
19-4-2003
|
S : Ibu klien mengatakan sejak kemaren klien tidak
mengalami kejang
O : - Suhu tubuh jam
09.00 37,4 0 C
- Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah belum
sepenuhnya teratasi
P : Lanjutkan intervensi
|
DAFTAR KEPUSTAKAAN
·
Donnad, Medical Surgical Nursing, WB Saunders, 1991
·
Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Media Aesculapius,
1999
·
Brunner / Suddarth, Buku saku keperawatan medikal
bedah,EGC, Jakarta, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar