MAKALAH
VAKSIN DAN IMUNISASI
Dosen pembimbing : pak hadi kusuma,SST
DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD NURSAID
10.9.1.32
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2011
Vaksin
dan imunisasi
A.Vaksin
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Kata vaksinasi berasal dari bahasa Latin vacca yang
berarti sapi - diistilahkan demikian karena vaksin pertama berasal dari virus yang menginfeksi sapi (cacar
sapi).vaksinasi sering juga disebut
dengan imunisasi.
Pada 1977, WHO memulai program
imunisasi di Indonesia yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).
Sebenarnya banyak sekali macam imunisasi yang dicanangkan oleh pemerintah,
Imunisasi sangat penting dilakukan
pada balita karena pada umur tersebut mereka masih sangat rentan terhadap
penyakit. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua lebih memperhatikan jadwal imunisasi bagi anaknya
B.Imunisasi
a.
definisi
Imunisasi adalah
pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin
adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit. Vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum
cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar
daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak
penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
b.
Jenis imunisasi
1.
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak
berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada
lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL
dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini
mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
- Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah
penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil
yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula
(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus).
Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
- Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah
bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang
akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
·
Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara
spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan
disayat.
·
Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu
dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6
bulan.
2.
Imunisasi DPT /DTP
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi
terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu
infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan)
adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama
beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak
dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi
serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah
infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin
3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.
Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan
sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II)
dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT
ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya
diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan
serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia
14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir
85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin
difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan
efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan
selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen
pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan
komplikasi berikut:
- demam tinggi (lebih dari 40,5°
Celsius)
- Kejang
- Kejang demam (resiko lebih
tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat
riwayat kejang dalam keluarganya)
- Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak
memberikan respon).
Jika anak sedang
menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa
ditunda sampai anak sehat.
Jika anak pernah
mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT
sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.1-2
hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan,
nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.Untuk mengatasi nyeri
dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri
di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
3.
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan
kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan
tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak
boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima
imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi
dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.Vaksin disuntikkan pada otot lengan
atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang
sedang sakit berat atau menderita demam tinggi.
Efek samping yang
mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
4.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus
toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti
Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan
sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.Vaksin
ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari
tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
5.Imunisasi Polio
Imunisasi polio
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa
menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
·
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
·
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung
vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen
(TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV)
efektif melawan 1 jenis polio.Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio
I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio
ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk
SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
( 0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
- Diare berat
- Gangguan kekebalan (karena obat
imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
- Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan
kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua
diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga
dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat
yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang
dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia
hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani
imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah
mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya
diberikan OPV. Kepada penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma),
dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang
menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat
imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan
kepada anak yang menderita diare. jika anak sedang menderita penyakit ringan
atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar
pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
5.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi
campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
·
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
·
gangguan sistem kekebalan
·
pemakaian obat imunosupresan
·
alergi terhadap protein telur
·
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
·
wanita hamil.
Efek samping yang
mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan
gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
6.
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi
perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak
menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah
yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan
demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur
utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis
(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak.
Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan.
Campak Jerman (rubella)
menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening
leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan
perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran
atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa
menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan
antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin
3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan
tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang
berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama
diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak
memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan
kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak
berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga
diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir
sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima
1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada
tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena
banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa
kanak-kanak.
Pada 90-98% orang yang
menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap
campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan
perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang
mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
- Komponen campak
1-2 minggu setelah
menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada
sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,5° Celsius atau
lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan
MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan
berlangsung hanya selama 1-2 hari.
Efek samping tersebut
jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
- Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada
kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
- Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar
getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam
waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak
yang mendapat suntikan MMR.
Nyeri atau kekakuan
sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima
suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR.
Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan
(hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi
disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1%
anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR.
Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa
pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang
dewasa.
Meskipun jarang, setelah
menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami
aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2
minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping
yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit
yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.
Jika
anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
- anak yang alergi terhadap
telur, gelatin atau antibiotik neomisin
- anak yang 3 bulan yang lalu
menerima gamma globulin
- anak yang mengalami gangguan
kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat
prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
- wanita hamil atau wanita yang 3
bulan kemudian hamil.
7.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu
mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.Organisme ini bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak.Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan,
biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
8.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella
memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam
kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk
keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum
pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya
memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang
berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella
dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan
selang waktu 4-8 minggu.
Cacar air disebabkan
oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi
bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi
penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit
dan beberapa diantaranya meninggal.
Cacar air pada orang
dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100%
efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang
menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi
kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang
komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa
pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka
panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya
ringan, yaitu berupa:
- demam
- nyeri dan pembengkakan di
tempat penyuntikan
- ruam cacar air yang
terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat adalah:
- kejang demam, yang bisa terjadi
dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
- pneumonia
- reaksi alergi sejati (anafilaksis),
yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut
jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi
dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan
dan sangat jarang terjadi.
- ensefalitis
- penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan
kepada:
- Wanita hamil atau wanita
menyusui
- Anak-anak atau orang dewasa
yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat
keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
- Anak-anak atau orang dewasa
yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin
mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
- Anak-anak atau orang dewasa
yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan
tubuh (misalnya AIDS)
- Anak-anak atau orang dewasa
yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
- Setiap orang yang baru saja
menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
- Anak-anak atau orang dewasa
yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.
9.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan
kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati
yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera
setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa
diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar
diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan
HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III.
Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum
memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir
dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL
HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis
ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir
dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12
jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk
menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum
bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit
berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat
diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin
HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan,
lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam
beberapa hari.
10. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus
konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan
infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan
balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak
yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus
C.Jadwal imunisasi
Memberikan suntikan
imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting
untuk kesehatan bayi anda. Yakinlah bahwa dengan membawa bayi anda untuk
melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung
jawab anda sebagai orang tua. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan
mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya
diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.
Imunisasi yang diwajibkan
vaksinasi
|
Jadwal pemberian
|
Booster/ulangan
|
Imunisasi untuk melawan
|
BCG
|
Waktu lahir
|
--
|
Tuberkulosis
|
Hepatitis B
|
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
|
1 tahun-- pada bayi
yang lahir dari ibu dengan hep B.
|
Hepatitis B
|
DPT dan Polio
|
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
|
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
|
Dipteria, pertusis,
tetanus, dan polio
|
Campak
|
9 bulan
|
--
|
Campak
|
Imunisasi yang
dianjurkan:
Vaksinasi
|
Jadwal pemberian/usia
|
Booster/ulangan
|
Vaksinasi diberikan untuk melawan
|
MMR
|
1-2 tahun
|
12 tahun
|
Measles, meningitis, rubella
|
Hib
|
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
|
18 bulan
|
Hemophilus influenza
tipe B
|
Hepatitis A
|
12-18bulan
|
--
|
Hepatitis A
|
Cacar air
|
12-18bulan
|
--
|
Cacar air
|
Yang harus diperhatikan,
tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi anda sedang
sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita
penyakit system saraf.
Imunisasi adalah suatu
prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan dari
imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi
tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan),
tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak
dalam jangka waktu panjang.
d. Efek imunisasi pada bayi
Benarkah Imunisasi Justru Membuat
Anak Sakit?
Imunisasi bukanlah hal baru dalam
dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orangtua yang
masih ragu-ragu dalam memutuskan apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak.
Kebingungan tersebut sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos
yang kontroversial beredar, mulai dari alergi, autis, hingga kejang-kejang
akibat diimunisasi. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting
sebelum imunisasi, sebenarnya risiko-risiko tersebut bisa dihindari. Apa saja
yang perlu diketahui orangtua?
Banyaknya penyakit baru yang menular
dan mematikan serta penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia. Selain
gaya hidup sehat dan menjaga kebersihan, imunisasi merupakan cara untuk
melindungi anak-anak dari bahaya penyakit menular.
Hal tersebut diungkapkan oleh
Dr.Soedjatmiko, SpA(K), MSi, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial,
FKUI, RSCM. “Vaksinasi akan meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah
tertularnya penyakit tertentu,”katanya. Di Indonesia, ada lima jenis imunisasi
yang wajib diberikan pada anak-anak, yakni BCG, polio, campak, DTP, dan
hepatitis B. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), kelima jenis vaksin tersebut
diwajibkan karena dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan kematian dan
kecacatan. Selain yang diwajibkan, ada pula jenis vaksin yang dianjurkan,
misalnya Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan
Varisela.
·
Harus
Fit
Sebelum anak diimunisasi, ada
beberapa kondisi yang membuat imunisasi sebaiknya ditunda, yakni saat anak
sedang panas tinggi, sedang minum prednison dosis tinggi, sedang mendapat obat
steroid, dalam jangka waktu 3 bulan terakhir baru mendapat transfusi darah atau
suntikan imunoglobulin.
Intinya si kecil harus dalam kondisi
sehat sebelum diimunisasi agar antibodinya bekerja. Imunisasi adalah pemberian
virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh untuk membentuk
antibodi (kekebalan). Jika anak sakit dimasuki kuman atau virus lain dalam
vaksin, maka kerja tubuh menjadi berat dan kekebalannya tidak tinggi.
“Kalau hanya batuk pilek sedikit
atau diare sedikit tidak apa-apa diberi imunisasi, tapi jika bayi sangat rewel
sebaiknya ditunda satu-dua minggu,”papar Seodjatmiko. Soedjatmiko menyarankan
agar orangtua memberitahukan pada dokter atau petugas imunisasi jika vaksin
terdahulu memiliki efek samping, misalnya bengkak, panas tinggi atau kejang.
·
Sesudah
imunisasi
Menurut Seodjatmiko, setiap vaksin
memiliki reaksi berbeda-beda, tergantung pada penyimpanan vaksin dan
sensitivitas tiap anak. Berikut reaksi yang mungkin timbul setelah anak
diimunisasi dan bagaimana solusinya.
·
BCG
BacilleCalmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Vaksin BCG tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko tuberculosis berat seperti meningitistuberkulosa dan tuberculosis milier .Setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah, bentuknya seperti koreng. Reaksi ini merupakan normal. Namun jika koreng membesar dan timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan antiseptik.
BacilleCalmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas.
Vaksin BCG tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi risiko tuberculosis berat seperti meningitistuberkulosa dan tuberculosis milier .Setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan timbul bisul kecil yang akan pecah, bentuknya seperti koreng. Reaksi ini merupakan normal. Namun jika koreng membesar dan timbul kelenjar pada ketiak atau lipatan paha, sebaiknya anak segera dibawa kembali ke dokter. Untuk mengatasi pembengkakan, kompres bekas suntikan dengan cairan antiseptik.
·
DPT
Reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun panas dan banyak minum ASI.
Reaksi lokal yang mungkin timbul adalah rasa nyeri, merah dan bengkak selama satu-dua hari di bekas suntikan. Untuk mengatasinya beri kompres hangat. Sedangkan reaksi umumnya antara lain demam dan agak rewel. Berikan si kecil obat penurun panas dan banyak minum ASI.
Kini sudah ada vaksin DPT yang tidak
menimbulkan reaksi apapun, baik local maupun umum, yakni vaksin DtaP
(diphtheria, tetanus, acellullar pertussis), sayangnya hariga vaksin ini jauh
lebih mahal dari vaksin DPT.
·
Campak
5-12 hari setelah anak mendapat
imunisasi campak, biasanya anak akan demam dan timbul bintik merah halus di
kulit. Para ibu tidak perlu mengkhawatirkan reaksi ini karena ini sangat normal
dan akan hilang dengan sendirinya.
·
MMR
(Mumps, Morbilli, Rubella)
Reaksi dari vaksin ini biasanya baru
muncul tiga minggu kemudian, berupa bengkak di kelenjar belakang telinga. Untuk
mengatasinya, berikan anak obat penghilang nyeri.
Orangtua yang membawa anaknya untuk
diimunisasi dianjurkan untuk tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama
15 menit setelah anak diimunisasi, sehingga jika timbul suatu reaksi bisa
langsung ditangani. Bagaimana jika orangtua lupa pada jadwal vaksinasi anak?
Menurut Soedjatmiko hal itu tidak menjadi masalah dan tidak perlu mengulang
vaksin dari awal. “Tidak ada itu istilah hangus. Sel-sel memori dalam tubuh
mampu mengingat dan akan merangsang kekebalan bila diberikan imunisasi
berikutnya,” katanya. Untuk mengejar ketinggalan, dokter biasanya akan memberi
vaksin kombinasi.Meskipun seorang anak sudah mendapatkan imunisasi secara
lengkap, bukan berarti ia tidak akan tertular penyakit, namun penyakitnya lebih
ringan dan tidak terlalu berbahaya. “Dampak dari penyakitnya lebih ringan,
kemungkinan meninggal, cacat dan lumpuh juga bisa dihindari,”kata dokter yang juga
menjadi Satgas Imunisasi PP IDAI ini.
Pilihan memang ada di tangan
orangtua, tetapi bagaimanapun tugas orangtua adalah untuk melindungi anaknya,
dan imunisasi adalah cara yang penting untuk mencegah si kecil dari serangan
penyakit. Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati?
KATA PENGANTAR
Asslamualikum...war...wab
Puji syukur kami haturkan kepada ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“ vaksin dan imunisasi” . semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan
mamfaat dan berguna dalam proses pembelajaran, kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah kami ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu kami
mengharapkan masukan maupun kritk dari teman-teman semua guna dalam proses
penyempurnaan makalah kami ini. Semoga makalah ini bermaafaat bagi kita semua,
AMIN.
Penyusun
Le;ompok
III
DAFTAR
PUSTAKA
Chity,
K,K (1997) profwsional nursing, consept and challenge. 2. Ed. Philadepia W.B
saunder Co.
Depkes
RI. (1997), kebijaksanaan DEPKES dalam meningkatkan sumber daya keperawatan
Gillis,
DA (1996) nursing manajemen 2. New York W.B Sanders
Nursalam
(2002) pendekatan praktis proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan
praktik, jakarta : salemba medika
Depkes RI (1992),
imunisasi pada bayi. Jakarta : salemba medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar