MAKALAH
“
CARA BERKOMUNIKASI PADA PASIEN LANSIA ‘’
Dosen :Ns. Eva Zulva , S.Kep
Disusun Oleh :
MUHAMMAD NURSAID
10.9.1.32
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN ANGKATAN 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “CARABERKOMUNIKASI
PADA PASIEN LANSIA “ ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun
sesuai dengan kebutuhan para pembaca, guru atau dosen dan tenaga kesehatan
lainnya yang haus akan bahan bacaan . Terima kasih yang tak terhingga kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami , sehingga makalah ini
dapat kami susun dengan baik .
Kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya .
Besar harapan kami agar makalah ini bisa bermanfaat bagi para perawat pada
khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya.
Mataram,
Juni 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis
yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien
terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
(Bruner & Suddart, 2001 : 188)
Komunikasi adalah proses
interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari informasi
dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan
emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi
pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola
komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat
mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam
dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis makalah ini yang
berjudul “ komunikasi pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Komunikasi
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan
yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling
tukar-menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia
baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen
dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry,
2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas
tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim
yang terapeutik.
B. Pengertian Lansia
Lansia adalah periode
dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga
telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70
tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi. Lansia juga identik dengan menurunnya
daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan
obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin
banyak penyakit pada lansia semakin banyak jenis obat yang diperlukan.
Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan
memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara
minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau
interaksi obat.
C. Komunikasi Dengan Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
a). Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b). Tekhnik komunikasi dengan lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
a). Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
b). Tekhnik komunikasi dengan lansia
1.
Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan
Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak..
Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif
Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan
Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak..
Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif
Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
2. Teknik nonverbal komunikasi
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
3. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan
lansia.
1) Memulai
kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
c. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.
c. Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin.
D. Kendala-kendala dan
hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia
Ø Gangguan neurology serring menyebabkan
gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut
yang kering dan lain-lain.
Ø Penurunan daya pikir sering menyebabkan
gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
Ø Perawat sering memanggil dengan “nenek”,
“sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat tersinggung harga dirinya
dianjurkan memanggil nama panggilannya.
Ø Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan
penuh perhatian.
Ø Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan
sulit menjalin hubungan saling percaya.
Gangguan sensoris dalam pendengarannya
Gangguan sensoris dalam pendengarannya
Ø Gangguan penglihatan sehingga sulit
menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
Ø “Overload” dari sensoris : terlalu banyak
informasi dalam satu waktu atau banyak orang berkomunikasi dalam yang sama
sehingga kognitif berkurang.
Ø Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus
dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih
penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain.
Ø Hambatan pada pribadi : penurunan
sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi patologi, gangguan
fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan
realita.
Ø Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat
wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama,
terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa,
prejudice, dan strereotipes
E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada
Lansia
a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
·
Perawat
membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama
wawancara
·
Berikan
waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
·
Gunakan
kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
·
Gunakan
pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir
abstrak
·
Perawat
dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal
seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
·
Perawat
harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress
yang ada
·
Perawat
tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
·
Perawat harus memperhatikan respon pasien
dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
·
Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada
tempat yang baru dan asing bagi pasien.
·
Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus
dibuat senyaman mungkin.
·
.
Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif
terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
·
Perawat harus mengkonsultasikan hasil
wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
·
Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
b. Prinsip
Gerontologis untuk komunikasi
• Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
• Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu
untuk mengobrol.
• Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi
dengan baik.
• Yakinkan
bahwa kacamata bersih dan pas.
• Jangan berbicara dengan keras/berteriak,
bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.
• Berdiri di depan klien.
• Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek
dan sederhana
• Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
• Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas
sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.
• Berbicara
pada tingkat pemahaman klien.
• Selalu menanyakan respons, terutama ketika
mengajarkan suatu tugas atau keahlian
F. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan
Kesehatan Pada Lansia
Beberapa
prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut
adalah
• Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar pengertian yang mendalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia.
• Yang harus dan “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
• Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas.
• Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
• Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar pengertian yang mendalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia.
• Yang harus dan “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
• Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas.
• Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis
yan maknanya dipacu dan ditransmisikan.
Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik
tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus
diperhatikan diantaranya :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.
B.Saran
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.
DAFTAR PUSTAKA
http//komunikasi pada lansia.com
http//konsep komunikasi .co.id
Www.gogle.com
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar
Halaman Judul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
B. Pengertian Lansia
C. Komunikasi dengan Lansia
D. Kendala-kendala dan Hambatan dalam berkomunikasi
dengan lansia
E. Keterampilan Komunikasi Terapeutik
Pada Lansia
F. Prinsip-prinsip Etik pelayanan pada
Lansia
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar