R
D S
(RESPIRATORY
DISTRESS SYNDROME)
1.
Pengertian
a.
Respiratory
Distress Syndrome adalah merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit,
sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, supra
sternal interkastal pada saat inspirasi, bila di dengar dengan steteskop akan
terdengar penurunan masukan udara ke paru-paru (Ngastiah hal 3).
b.
RDS
atau suatu periode pada bayi baru lahir yang mengalami kegawatan pernafasan
yang berat dimana disebabkan oleh kekurangan surfaktan dalam paru, tak
komplitnya penyerapan air ditenggorokan (tahapan sementara pada bayi baru
lahir) (Dauna L. Wong 1996 hal 387).
RDS adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neunatus.
Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan
perkembangan maturitas paru (Whalley dan Wong) 1995.
Biasanya dikenal juga dengan nama Hyaline Membrane Disease (HMD), karena
pada penyakit ini selalu ditemukan membran hyalin yang melapisi alveoli.
RDS ditemukan pada bayi prematur, semakin muda usia kehamilan ibu semakin
tinggi terjadinya RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua umur kehamilan
semakin rendah kejadian RDS.
2.
Etiologi
-
Kelainan di
dalam/luar paru.
-
Defisiensi
surfaktan.
-
Absorpsi
cairan paru inkomplit.
-
Aspirasi
meconium.
-
Viral,
bakteri pneumonia.
-
Sepsis.
-
Obstruksi
mekanik.
-
Hypotermi.
-
Penyakit
paru yang menyertai (3-5 %).
-
Pnemotorax/pnemomediastinum.
-
Pnemonia
aspirasi.
3.
Patofisiologi
Penyebab RDS
adalah kekurangan surfaktan paru, surfaktan atau zat yang memegang peranan
dalam paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein, karbohidrat
dan lemak.
Senyawa utama
zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai terbentuk pada kehamilan 22-24
minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35.
Fungsi
surfaktan adalah merendahkan tegangan permukaan alveoli hingga tak terjadi
kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi.
Defisiansi zat
surfaktan yang ditemukan pada HMD (Hialin Membran Desiase) akan menyebabkan
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi terganggu, alveolus akan
kembali kolaps setiap akhir respirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya
dibutuhkan tekanan negatif intra toraks yang lebih besar dan disertai usaha
inspirasi yang lebih kuat. Akibatnya setiap kali bernafas menjadi sukar seperti
saat pertama kali bernafas (saat kelahiran). Sebagai akibatnya janin lebih
banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi ini dari pada yang ia
terima dan ini menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kelelahan, bayi
akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidak mampuan mempertahankan
pengembangan paru ini akan menyebabkan
atelektosis (kolaps paru).
Tidak adanya
stabilitas dan atelektosis akan meningkatkan pulmonary vascular resistance (PVR)yang
nilainya menurun pada ekspansi paru normal. Akibatnya hypoperfusi jaringan paru
dan selanjutnya menurunkan aliran darah pulmonal. Kolaps paru (atelektosis)
akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal yang menimbulkan hipoksia, yang
menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme anerubik, menghasilkan timbunan asam lactat sehingga terjadi
asidosis metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan
perfusi ke organ vital.
Gambaran
Patofisiologi
Immaturitas morfologis paru
↓
Defisiensi
surfaktan (surfaktan menurun)
↓
Compliance
(distensibilitas paru menurun)
↓
Atelektosis
↓
Usaha nafas
meningkat
↓
Menurunnya
ventilasi
↓
CO meningkat
↓
Perfusi perifer menurun
↓
Tekanan darah arteri menurun
↓
Aliran darah
paru menurun
↓
Surfaktan menurun
|
→
|
PO2
menurun
↓
Metabolisme
anaerube
Asidosis
Vasokontriksi
perifer dan pulmonal
Tekanan
arteri pulmonal meningkat
|
4.
Gambaran
Klinik
RDS umumnya
terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram atau masa gestasi
30-36 minggu, jarang pada bayi cukup bulan dan sering disertai dengan riwayat
asfeksia pada waktu lahir atau ditandai gawat janin pada akhir kehamilan.
5.
Tanda dan
Gejala
-
Timbul
setelah 6-8 jam setelah bayi lahir.
-
Dispnea
dan hypernea dengan frekuenasi pernafasan lebih dari 60 x/mnt, napas cuping
hidung.
-
Sianosis.
-
Retraksi pada
daerah epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi.
-
Grunting
atau terdengar seperti rintihan pada bayi pada saat ekspirasi.
-
Edema pada
ekstremitas setelah beberapa jam.
-
Tachi
cardia (170 x/mnt).
-
Pada
auskultasi udara yang masuk berkurang.
6.
Diagnostik
Test
-
Thorax
foto : bayangan seperti awan.
-
Bronho gram :
ventilasi jalan nafas.
-
AGD : PO2
< 50 mmHg, PCO2 > 60 mmHg
PH : 7,3 –
7,45; SO2 : 92 – 94 %
-
Kalium
meningkat
-
Test cairan
amnion : maturitas paru.
7.
Pencegahan
-
Memperpanjang
umur kehamilan dengan tirah baring dan atau dengan obat-obatan yang menghambat
persalinan prematur.
-
Pemberian
Deksametason 48 jam sebelum persalinan dan resusitasi dini saat lahir untuk
mencegah pemecahan surfaktan yang terjadi bersama hipoksia.
8.
Penatalaksanaan
Tindakan yang
perlu dilakukan adalah:
-
Memberikan
lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap
dalam batas normal (36,5-370C) dengan cara meletakkan bayi dalam
inkubator, kelembaban ruangan juga harus adekuat (70-80 %).
-
Pemberian oksigen
diberikan dengan konsentrasi tak > 40 % sampai gejala sianosis menghilang. Pada RDS yang
berat diperlukan bantuan pernafasan dengan respirator.
-
Pemberian
cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemastasis dan
menghindari dehidrasi.
-
Pemberian
antibiotika
Bayi yang RDS
perlu mendapatkan antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder, dapat diberikan
: Penicillin dengan dosis 50-100.000 unit/kg BB/hari atau Ampicillin 100 mg/kg
BB/hari dengan atau tanpa Gentamycin 3,5 mg/kg BB/hari.
-
Furesemid
untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan paru.
-
Fenobarbital.
-
Tlafilin
dan kafein untuk mengobati apnea.
9.
Komplikasi
-
Henti jantung
selama intrubasi atau pengisapan lendir.
-
Penyempitan
permanen pada hidung karena cidera ringan.
-
Erosi
palatum.
-
Iritasi
atau infeksi sekitar pipa endo trachea tube (ET).
-
Stridor (edema
laring) (Nelson: 1996, hal 596).
-
Intubasi vachea
yaitu asfeksia karena obstruksi pipa endo tachea tube.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar